:::: MENU ::::
  • Suitable for all screen sizes

  • Easy to Customize

  • Customizable fonts.

Saturday, 16 January 2016



PENGERTIAN PENYAKIT CAMPAK
Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan measles dalam bahasa inggris atau dikenal dengan sebutan gabagen (dalam bahasa Jawa) atau kerumut (dalam bahasa Banjar) atau disebut juga rubeola (nama ilmiah) merupakan suatu infeksi virus yang sangat menular, yang di tandai dengan demam, lemas, batuk, konjungtivitas (peradangan selaput ikat mata /konjungtiva) dan bintik merah di kulit (ruam kulit)
Ada beberapa pengertian tentang campak menurut  beberapa ahli, yaitu  :
a.       Campak atau morbili adalah penyakit virus akut , menular yang di tandai  dengan 3 stadium yaitu stadium prodromal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang di manifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik (Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).
b.      Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi (Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC,  2000).
c.       Campak adalah penyakit menular yang ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi ke orang lain yang rentan (Brunner & Suddart, vol 3, 2001).

ETIOLOGI
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan paramyxovirus genus morbilivirus merupakan salah satu virus RNA. Virus ini terdapat dalam darah dan secret (cairan)nasofaring (jaringan antara tenggorokan dan hidung) pada masa gejala awal (prodromal) hingga 24 jam setelah timbulnya bercak merah di kulit dan selaput lendir.          
              
1.      Bentuk virus
Virus berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm dan di bungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA ), merupakan struktur heliks nucleoprotein dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek, satu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.

2      Ketahanan virus
Pada temperature kamar virus campak kehilangan 60 % sifat infeksifitasnya selama 3-5 hari pada 37oC waktu paruh umurnya 2 jam, pada 56oC hanya satu jam. Pada media protein ia dapat hidup dengan suhu -70oC selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu 4- 6oC dapat hidup selama 5 bulan. Virus tidak aktif pada PH asam. Oleh karena selubung luarnya terdiri dari lemak maka ia termasuk mikroorganisme yang bersifat ether labile, pada suhu kamar dapat mati dalam 20 % ether selama 10 menit dan 50% aseton dalam 30 menit. Dalam 1/4000 formalin menjadi tidak efektif selama 5 hari, tetapi tidak kehilangan antigenitasnya. Tripsin mempercepat hilangnya potensi antigenik.
           
3      Struktur Antigenik
Infeksi dengan virus campak merangsang pembentukkan neutralizing antibody, complement fixing antibody, dan haemagglutinine inhibition antibody.  Imunoglobulin kelas IgM dan IgG muncul bersama-sama diperkirakan 12 hari setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi sekitar 21 hari. Kemudian IgM menghilang dengan cepat sedangkan IgG tinggal tidak terbatas dan jumlahnya terukur, sehingga IgG menunjukkan bahwa pernah terkena infeksi walaupun sudah lama. Antibodi protektif dapat terbentuk dengan penyuntikan antigen haemagglutinin murni.

PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.
Cara Penularan
Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup Percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun  tenggorokan penderita morbili atau campak. Artinya seseorang dapat tertular campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana saja.  Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak usia pra- sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahirdari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah :
Ø  Bayi berumur lebih dari 1 tahun
Ø  Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
Ø  Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

Cara Pencegahan Penyakit Campak

a.  Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya factor predisposisi/ resiko terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit Campak.  Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan  primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti  penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan,  konselling nutrisi dan penataan rumah yang baik.


b.  Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk terkena penyakit Campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya Campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
.
1. Penyuluhan
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien campak adalah definisi penyakit Campak, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya campak dan upaya-upaya menekan campak, pengelolaan Campak secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi Campak

2. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan vaksinasi  Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 – 15 bulan. Vaksin yang digunakan adalah Schwarz vaccine  yaitu vaksin hidup yang dioleh menjadi lemah. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. vaksin campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati, penderita leukemia. Vaksin Campak dapat diberikan sebagai vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR).  vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan,  sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan.  Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi vaksin harus pada temperature antara 2ºC - 8ºC atau ± 4ºC, vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari.  Mudah rusak oleh zat pengawet atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam.


3.  Isolasi    
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.

c.   Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah  upaya  untuk  mencegah  atau menghambat timbulnya  komplikasi dengan  tindakan-tindakan seperti  tes  penyaringan  yang ditujukan untuk pendeteksian dini  campak serta  penanganan segera dan  efektif. Tujuan  utama  kegiatan-kegiatan  pencegahan  sekunder adalah  untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa  gejala  yang  telah sakit atau  penderita yang beresiko  tinggi untuk mengembangkan  atau memperparah  penyakit. Memberikan pengobatan  penyakit sejak awal  sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya  komplikasi. Edukasi dan pengelolaan campak  memegang peran  penting untuk  meningkatkan kepatuhan pasien  berobat.

d.  Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat  komplikasi. Kegiatan  yang dilakukan  antara  lain  mencegah  perubahan dari  komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin  bagi penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan  kerjasama yang baik antara pasien-pasien dengan dokter maupun antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan  untuk  meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit  campak.  Dalam  penyuluhan  ini hal  yang dilakukan adalah :
1.      Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik
2.      Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
3.      Kesabaran  dan  ketakwaan untuk dapat menerima dan  memanfaatkan    keadaan  hidup dengan  komplikasi kronik.

Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi  antar disiplin  terkait juga sangat diperlukan,  terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama  ilmu.

Penanggulangan Campak
Pada  sidang  CDC/ PAHO / WHO, tahun 1996  menyimpulkan  bahwa  penyakit Campak dapat dieradikasi,  karena  satu-satunya  pejamu/ reservoir  campak hanya pada manusia serta tersedia vaksin dengan  potensi  yang  cukup  tinggi  yaitu  effikasi  vaksin  85%  dan  dirperkirakan eradikasi dapat dicapai 10 – 15 tahun  setelah  eliminasi.
World  Health  Organisation (WHO)  mencanangkan  beberapa tahapan dalam upaya eradikasi (pemberantasan)  penyakit Campak dengan  tekanan strategi  yang berbeda-beda  pada  setiap  tahap  yaitu :
a.       Tahap Reduksi
Tahap ini dibagi dalam 2 tahap :
1. Tahap Pengendalian Campak
Pada  tahap  ini ditandai  dengan  upaya  peningkatan  cakupan imunisasi  campak rutin dan upaya  imunisasi  tambahan di daerah dengan morbitas  campak  yang tinggi.  Daerah  ini  masih  merupakan daerah  endemis campak, tetapi  telah terjadi penurunan insiden dan kematian, dengan pola epidemiologi kasus Campak menunjukkan 2  puncak setiap tahun.

2.    Tahap Pencegahan KLB
Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi ≥ 80% dan merata,terjadi penurunan  tajam kasus dan kematian, insidens campak telah bergeser kepada umur yang lebih  tua, dengan interval KLB antara 4-8 tahun.

b.  Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi ≥ 95% dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi  rendah sudah  sangat  kecil  jumlahnya,  kasus campak sudah sangat jarang  dan  KLB  hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan diberikan imunisasi campak.
c.  Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus Campak sudah tidak ditemukan.
Pada siding The World Health Assambley (WHA) tahun 1998, menetapkan kesepakatan Eradikasi Polio (ERAPO), Eliminasi Tetanus Noenatorum (ETN)  dan Reduksi Campak (RECAM). Kemudian pada Technical Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Strategi operasional yang dilakukan ditingkat Puskesmas untuk mencapai reduksi Campak tersebut adalah :
a.       Imunisasi rutin pada bayi 9 –11 bulan (UCI Desa ≥ 80)
b.      Imunisasi tambahan (suplemen)
c.       Surveilans (surveilan rutin, system kewaspadaan dini dan respon kejadian luar biasa).
d.      Penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa Setiap kejadian luar biasa harus diselidiki dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang meliputi pengobatan simtomatis pada kasus, pengobatan dengan antibiotika bila terjadi komplikasi, pemberian vitamin A dosis tinggi, perbaikan gizi dan meningkatkan cakupan  imunisasi campak/ring vaksinasi (program cepat, sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.
e.       Pemeriksaan laboratorium

Pengobatan Penyakit Campak
Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan.Sehingga pengobatannya bersifat symptomatic, yaitu memperbaiki keadaan umum atau untuk mengurangi gejalanya saja dalam hal ini :
Ø   anak memerlukan istirahat di tempat tidur
Ø   kompres dengan air hangat bila demam tinggi namun dapat diberikan  antipiretik bila suhu tinggi parasetamol 7,5-10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam
Ø   ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50-100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari.
Ø   Antitusif perlu diberikan bila batuknya  hebat/mengganggu
Ø    narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan.
Ø    Mukolitik bila perlu.vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat. Pemberian vitamin A 100.000 IU per oral satu kali.  Vitamin A dosis tinggi ( menurut rekomendasi  WHO dan UNICEF)
Usia 6 bln-1 thn :100.000 unit dosis tunggal p.o
Umur > 1 thn : 200.000 unit dosis tunggal p.o
Dosis tersebut diulangi pada hari ke-2 dan 4 minggu kemudian bila telah didapat tanda defisiensi vitamin A.  Apabila terdapat malnutrisi maka pemberian vitamin A ditambah dengan 1500 IU  tiap hari.
Ø    Mempertahankan status nutrisi dan hidrasi (cukup cairan dan kalori)



DAFTAR PUSTAKA

Ade,2010,Penyakit Campak Gejala dan Pengobatannya,http:// penyakit-campak-gejala-dan.html di akses tanggal 7 Desember 2012

Adhien,2012,Penyakit Campak,
          http://adhienbinongko.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakit-campak.html di akses tanggal 7 Desember 2012

Nelson, 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta. EGC

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Rampengan, T. H. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk keselamatan kerja saat melakukan penelitian. Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur (Plummer, 1987). Sebab pentingnya dilakukan pengenalan alat-alat laboratorium adalah agar dapat diketahui cara-cara penggunaan alat tersebut dengan baik dan benar, Sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat dapat diminimalisir sedikit mungkin. Hal ini penting supaya saat melakukan penelitian, data yang diperoleh akan benar pula. Data-data yang tepat akan meningkatkan kualitas penelitian seseorang.
Dalam praktikum pengenalan alat-alat laboratorium dan alat-alat sterilisasi akan dijelaskan secara detail mengenai fungsi dan spesifikasi masing-masing alat tersebut. Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan bahan-bahan dari mikrobia yang tidak diinginkan (soetarto, dkk). Jadi Alat-alat sterilisasi adalah alat yang digunakan untuk membebaskan suatu bahan atau alat lain dari mikrobia yabg tidak diinginkan.



BAB  II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Alat Kesehatan
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI. no. 220/Men.Kes/Per/IX/1976 tertanggal 6 September 1976, yang dimaksud dengan: Alat Kesehatan (ALKES) adalah barang, instrumen, aparat atau alat termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau dimaksudkan untuk digunakan dalam:
a.       Pemeliharaan dan perawatan kesehatan, diagnosa, penyembuhan, peringanan atau pencegahan penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada manusia.
b.      Pemulihan, perbaikan atau perubahan suatu fungsi badan atau struktur badan manusia.
c.       Diagnosa kehamilan pada manusia atau pemeliharaan selama hamil dan setelah melahirkan termasuk pemeliharaan bayi.
d.      Usaha mencegah kehamilan pada manusia dan yang tidak termasuk golongan obat.

2.2 Perawatan Elektronika
Perawatan elektronika yang dimaksudkan adalah peralatan yang menggunakan sumber daya listrik, misalnya alat electrocardiography, electro encephalography, unit thermography, ventilator, unit monitor EKG, dan lain-lain.

DSC01210.JPG   download.jpg
Peralatan elektronik sangat peka terhadap goncangan sehingga perlu dihindari dari goncangan. Hindari penggunaan alat dari medan magnet sensivitas meter tidak berubah. Alat-alat elektronika tidak tahan pada suhu 25°C, sehingga pada waktu menggunakan suhu ruangan sebaiknya berkisar antara 18°C sampai dengan 25°C, rata-rata pada temperatur 21°C. Untuk menghindari suhu terlalu tinggi, pada alat perlu tempati kipas anging di sekitar power supply / sumber daya alat tersebut. Pengetahuan dan keterampilan penggunaan peralatan memengang peranan penting dalam perawatan peralatan agar peralatan berjalan dengan baik dan kerusakan dapat dihindari sejauh mungkin. Pengetahuan dan keterampilan meliputi:
Ø  Sasaran pengukuran telah dipahami terlebih dahulu
Ø  Persiapan metode, waktu dan program pengukuran
Ø  Kondisi peralatan baik atau tidak

2.3 Perawatan Alat dari Bahan Baku Kaca /Gelas
Bahan gelas banyak dipakai dalam laboratorium medis. Ada beberapa keuntungan maupun kelemahan dari bahan baku gelas tersebut.


laboratory_beaker.jpg
Keuntungannya: Bahan gelas tahan terhadap reaksi kimia, terutama bahan gelas pyrex, tahan terhadap perubahan temperatur yang mendadak, koefisien mulai yang kecil dan tembus cahaya yang besar.

Kelemahan  : Mudah pecah terhadap tekanan mekanik, dan mudah tumbuh jamur sehingga menggangu daya tembus sinar, kadang-kadang dengan menggunakan kain katun untuk membersihkan saja mudah timbul goresan.
Dengan memperhatikan keuntungan dan kelemahan dari bahan gelas, maka dalam segi perawatan maupun memperlakukan alat-alat gelas harus perhatikan:
a.           Penyimpanan pada ruangan yang suhunya berkisar 27°C-37°C dan diberi tambahan lampu
b.           Ruang tempat penyimpanan diberikan silikon sebagai zat higroskopis
c.           Gunakan alkohol, aceton, kapas, sikat halus dan pompa angin untuk membersihkan lensa sampai merusak lapisan lensa
d.          Pada waktu memanaskan tabung reaksi hendaknya ditempatkan diatas kawat kasa, atau boleh melakukan pemanasan secara langsung asalkan bahan gelas terbuat dari pyrex
e.           Gelas yang akan direbus hendaknya jangan dimasukkan langsung kedalam air yang sedang mendidih melainkan gelas dimasukkan kedalam air dingin kemudian dipanaskan secara perlahan-lahan. Sebaliknya untuk pendingin mendadak tidak diperkenangkan
f.            Membersihkan bahan/kotoran dari gelas sebaiknya segera setelah dipakai dapat menggunakan:
o   Air yang bersih
o   Detergent : dapat menghilangkan lemak dan tidak membawa efek perubahan fisik.
o   Larutan     :    Kalium dishromat  10 gram
                      Asam belerang       25 ml
                      Aquadest                75 ml
Kadang-kadang memerlukan perendam sampai beberapa jam, kemudian dibilas dengan air bersih, dikeringkan dengan udara panas lalu disimpan ditempat yang kering.




BAB  III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Alat Kesehatan (ALKES) adalah barang, instrumen, aparat atau alat termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau dimaksudkan untuk digunakan
Perawatan elektronika yang dimaksudkan adalah peralatan yang menggunakan sumber daya listrik, misalnya alat electrocardiography, electro encephalography, unit thermography, ventilator, unit monitor EKG, dan lain-lain.
Bahan gelas banyak dipakai dalam laboratorium medis. Ada beberapa keuntungan maupun kelemahan dari bahan baku gelas tersebut.



DAFTAR  PUSTAKA

Hidayat, Aziz. 2004. Buku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.

Kusyati, Erni. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan   Dasar. Jakarta : EGC.

Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.

http://aimimie.blogspot.com/2012/04/alat-alat-kesehatan.html




DAFTAR  ISI

KATA  PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1

BAB  II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Alat Kesehatan ................................................................................. 2
2.2 Perawatan Elektronika.................................................................................... 2
2.3 Perawatan Alat dari Bahan Baku Kaca /Gelas................................................ 3

BAB  III PENUTUP
3.1 Kesimpulan  .................................................................................................... 6

DAFTAR  PUSTAKA

A call-to-action text Contact us