:::: MENU ::::
  • Suitable for all screen sizes

  • Easy to Customize

  • Customizable fonts.

Simple, responsive theme, suitable for personal or corporate blog.

Thursday, 28 April 2022

 PERIODISASI SASTRA

Gejala Sastra Periodisasi sastra merupakan kesatuan waktu dalam perkembangan sastra yang dikuasai oleh suatu sistem norma yang tertentu atau kesatuan waktu yang memiliki sifat dan cara pengucapan yang khas yang berbeda dengan masa sebelumnya.

Periode merupakan kurun waktu yang ditentukan oleh kesamaan ciri khas bagian terbesar karya sastra yang diciptakan sezaman, misalnya periode 20-an menghasilkan novel Sitti Nurbaya (Marah Rusli) dan novel Salah Asuhan (Abdul Muis), periode 30-an menghasilkan novel Layar Terkembang (Sutan Takdir Alisjahbana) dan Puspa Mega (Sanusi Pane), periode tahun 40-an menghasilkan novel Atheis (Achdiat K. Mihardja) dan kumpulan puisi Deru Campur Debu (Chairil Anwar), dan periode tahun 50-an menghasilkan kumpulan puisi Ballada Orang-Orang Tercinta (W.S. Rendra) dan kumpulan puisi Priangan Si Jelita (Ramadhan K.H.).

Periodisasi merupakan pembabakan sejarah perkembangan kesusastraan menurut kriteria yang ditentukan oleh sudut pandang peneliti. Kriteria atau dasar penggolongan periodisasi itu bermacam-macam, misalnya berdasarkan masa penerbitan karya sastra, pertimbangan intrinsik karya sastra, pertimbangan ekstrinsik karya sastra, dan berdasarkan pada perbedaan norma umum dalam sastra sebagai pengaruh situasi zaman.

Pakar sastra yang telah membuat periodisasi sejarah sastra Indonesia, antara lain, adalah H.B. Jassin, Buyung Saleh, Nugroho Notosusanto, Bakri Siregar, Ajip Rosidi, Zuber Usman, dan Rachmat Djoko Pradopo. Pada umumnya periodisasi mereka menunjukkan persamaan dalam garis besarnya. Akan tetapi, ada perbedaan kecil mengenai batas waktu setiap periode dan penekanan ciri-ciri yang ada setiap zaman.

Periodisasi sastra menurut H.B Jassin adalah Sejarah Melayu Lama Sastra Indonesia Modern Angkatan 20 Angkatan 33 atau Pujangga Baru Angkatan 45 Angkatan 66 Periodisasi sastra menurut Buyung Saleh adalah Sebelum tahun 20-an Antara tahun 20-an hingga tahun 1933 Tahun 1933 hinga Mei 1942 Mei 1942 hingga kini (1956) Periodisasi model Buyung Saleh ini dibuat tahun 1956 dalam tulisannya "Perkembangan Kesusastraan Indonesia" (Almanak Seni 1957. Jakarta: Badan Musyawarah Kebudayaan). Ciri-ciri periode yang dibuat Buyung lebih menekankan segi sosialnya. Periodisasi sastra menurut Nugroho Notosusanto mengutip pada tulisannya berjudul "Soal Periodesasi dalam Sastra Indonesia", Basis No.7 Th.XII, April 1963, halaman 199—210 dikemukakan periodesasi sebagai berikut Sastra Melayu Lama Sastra Indonesia Modern Masa Kebangkitan (1920—1945) Periode '20 Periode '30 Periode '42 Masa Perkembangan (1945—sampai sekarang) Periode '45 Periode '50 Model periodisasi yang dibuat Nugroho Notosusanto ini mendasarkan model yang dibuat H.B. Jassin dan Buyung Saleh.

Dalam buku yang ditulis Bakri Siregar berjudul Sejarah Sastra Indonesia Modern I (1964) dinyatakan bahwa periodisasi sastra Indonesia sebagai berikut Periode pertama sejak masa abad ke-20 sampai 1942 Periode kedua sejak 1942 sampai 1945 Peridode ketiga sejak 1945, masa revolusi bergolak sampai masa surutnya revolusi, 1950 Periode keempat dari 1950 hingga sekarang (1964) Bakri Siregar tidak mengemukakan ciri-ciri intrinsik karya sastra pada setiap periode yang dibuat itu.

Dalam buku yang ditulis Ajip Rosidi berjudul Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1969) dinyatakan bahwa periodisasi sastra Indonesia sebagai berikut Masa Kelahiran dan Masa Penjadian (1900—1945) Periode awal hingga 1933; Periode 1933—1942; dan Periode 1942—1945. Masa Perkembangan (1945 hingga sekarang) Periode 1945—1953; Periode 1953—1961; dan Periode 1961 sampai sekarang (1969) Ajip Rosidi membedakan ciri-ciri intrinsik tiap-tiap periode berdasarkan perbedaan norma-norma umum dalam sastra sebagai pengaruh situasi tiap-tiap zaman.

Dalam buku yang ditulis Zuber Usman berjudul Kesusastraan Baru Indonesia (1956) dinyatakan periodisasi sastra Indonesia sebagai berikut Zaman Balai Pustaka (1908) Zaman Pujangga Baru (1933) Zaman Jepang (1942) Zaman Angkatan 45 (1945) Zuber Usman menggunakan kriteria ekstrinsik dalam membuat periodisasinya karena nama Balai Pustaka, Pujangga Baru, Jepang, dan Angkatan 45 adalah nama-nama di luar sastra.

Nama-nama badan penerbit Balai Pustaka, gerakan kebudayaan atau nama majalah kebudayaan Pujangga Baru, penjajahan Jepang, dan generasi pejuang kemerdekaan Angkatan 45 dianggap Zuber Usman telah mempengaruhi perkembangan karya sastra. Dalam tulisan Rachmat Djoko Pradopo di harian Berita Buana berjudul "Masalah Angkatan dan Penulisan Sejarah Sastra Indonesia" (tanggal 2, 9, 16, 23, 30 September dan 7 Oktober 1986) dinyatakan "gambaran sesungguhnya periode-periode sejarah sastra Indonesia tertumpang tindih" sebagai berikut Periode Balai Pustaka: 1920—1940 Periode Pujangga Baru: 1930—1945 Periode Angkatan 45: 1940—1955 Periode Angkatan 1950: 1950—1970 Periode Angkatan 1970: 1970—sekarang (1986) Rachmat Djoko Pradopo memberikan ciri-ciri tiap-tiap periode berdasarkan kriteria instrinsik.

Istilah yang digunakan Pradopo untuk menandai periode itu adalah

(a) ciri-ciri struktur estetik, dan

(b) cirri-ciri ekstra estetik. Menurut Prof. Drs. Sarwadi (1994), periodisasi merupakan masalah yang banyak menarik perhatian orang, tidak hanya para penelaah sastra saja, tetapi juga para sastrawan.

Menurutnya, masalah periodisasi itu tidak begitu penting buat para sastrawan. Ada beberapa pengarang yang tidak mau dimasukkan ke dalam salah satu angkatan karena dipandang akan membatasi dan mempersempit kebebasan daya kreativitasnya. Walaupun demikian periodisasi sejarah sastra Indonesia Modern itu perlu, terutama bagi para penelaah sastra dan bagi dunia pendidikan dan pengajaran. Dengan periodisasi itu kita akan dapat dengan mudah mengetahui tahap-tahap perkembangan sastra Indonesia dengan corak dan aliran yang mungkin ada pada tiap tahap perkembangan itu.

Berdasarkan dari periodisasi tersebut, sebenarnya tidak ada perbedaan yang prinsipil antara periodisasi yang satu dan yang lain. Kesemuanya memulai perkembangan sastra Indonesia Modern sejak tahun 20-an. Kesemuanya menempatkan tahun '30, tahun '45 dan tahun '66 sebagai tonggak-tonggak penting dalam perkembangan sastra. Perbedaan hanya berkisar pada masalah istilah dan masalah peranan tahun 1942 dan tahun 1950 di dalam perkembangan Sastra Indonesia.

 

 

 

 

PERIODISASI NOVEL

Dari sekian banyak bentuk sastra seperti esai, puisi, novel, cerpen (cerita pendek), drama, bentuk novel, cerita pendeklah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca. Karya-karya modern klasik dalam kesusastraan, kebanyakan juga berisi karya-karya novel. Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan.

Pendapat demikian memang benar tapi juga ada kelanjutannya. Yakni bahwa tidak semua yang mampu memberikan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan hiburan pada kita. Tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Novel adalah novel syarat utamanya adalah bawa ia mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang habis membacanya.

 

Ciri-ciri Novel

1. Ciri-ciri novel secara umum

·         Jumlah katanya lebih dari 35.000 kata.

·         Terdiri dari setidaknya 100 halaman.

·         Waktu untuk membaca novel setidaknya 2 jam atau 120 menit.

·         Ceritanya lebih dari satu impresi, efek, dan emosi.

·         Alur ceritanya cukup kompleks.

·         Seleksi ceritanya luas.

·         Ceritanya panjang, tapi banyak kalimat yang diulang-ulang.

·         Ditulis dengan narasi kemudian didukung dengan deskripsi untuk menggambarkan suasanya yang ada di dalamnya.

2. Ciri-ciri novel terjemahan

·         Menonjolkan watak dan perilaku tokoh berdasarkan latar belakang sosial budaya asing karya novel tersebut diciptakan.

·         Nama-nama tokohnya tidak begitu familier.

·         Latar tempatnya tidak berada di Indonesia.

·         Bahasanya tidak mendayu-dayu.

3. Ciri-ciri novel angkatan 20 dan 30-an

·         Bertema masalah adat dan kawin paksa.

·         Umumnya berisi kritikan terhadap adat lama.

·         Tokoh yang diceritakan dari muda hingga meninggal dunia.

·         Bahasanya kaku dan statis.

·         Bahasanya sangat santun.

·         Konflik yang dialami para tokoh kebanyakan disebabkan perselisihan dalam memilih nilai kehidupan (barat dan timur).

·         Menggunakan kata-kata yang berlebihan.

 

PERIODISASI RESENSI

Pengertian resensi Menurut H. Dalman dalam Keterampilan Menulis (2016), resensi adalah tulisan ilmiah yang membahas isi sebuah buku, termasuk kelemahan dan keunggulannya untuk diberitahukan kepada pembaca. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resensi adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku. Dalam perkembangannya, resensi tidak hanya terbatas pada buku atau karya pustaka semata. Dewasa ini, resensi juga dapat dibuat untuk mengulas karya di bidang film atau musik.

 

a.       Tujuan resensi

Tujuan penulisan resensi antara lain, yaitu: Memberi pemahaman komprehensif mengenai suatu karya berdasarkan sudut pandang penulis resensi. Mengajak pembaca berpikir, merenung, dan mendiskusikan lebih jauh substansi dalam karya yang diulas. Memberi pertimbangan pada pembaca mengenai kelebihan dan kelemahan buku. Memberi informasi detail sebuah karya, yaitu nama pengarang, tahun terbit, latar belakang pengarang, proses pengkaryaan, atau hubungan dengan karya lain yang sejenis.

 

b.      Jenis resensi

Berdasarkan isi atau sajiannya, resensi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: Resensi informatif Ulasan yang berisi informasi suatu karya. Biasanya hanya berisi ringkasan atau rangkuman mengenai substansi suatu karya. Resensi evaluatif Ulasan yang berisi penilaian tentang suatu karya. Biasanya ringkasan atau rangkuman hanya sekilas, selebihnya penulis memaparkan penilaian mengenai kelemahan dan kelebihan karya tersebut. Resensi invormatif-evaluatif Ulasan yang merupakan perpaduan antara ringkasan karya dan penilaian baik buruknya. Selain memberikan informasi mengenai substansi suatu karya, resensi jenis ini disertai dengan evaluasi subyektif dari penulis.

 

c.       Struktur resensi

Agar lebih memahami mengenai resensi, perhatikan struktur resensi buku berikut. Judul resensi: judul dibuat dengan menggambarkan isi resensi secara singkat. Pastikan judul menarik dan sesuai dengan isi resensi. Data buku: memberi informasi detail dari buku yang akan diulas. Pendahuluan: memperkenalkan pengarang, proses pengkaryaannya, tema buku. Tubuh dan pernyataan resensi: berisi sinopsis disertai kutipan paling berkesan, sebutkan kelemahan dan kelebihan buku, rumusan kerangka buku, tinjauan bahasa atau kesalahan cetak. Penutup: beri kesimpulan dan penjelasan layak atau tidaknya buku tersebut dibaca dengan alasan yang logis.

 

Monday, 22 February 2016

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)



Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ

Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu)"

Selanjutnya....

Saturday, 16 January 2016



PENGERTIAN PENYAKIT CAMPAK
Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan measles dalam bahasa inggris atau dikenal dengan sebutan gabagen (dalam bahasa Jawa) atau kerumut (dalam bahasa Banjar) atau disebut juga rubeola (nama ilmiah) merupakan suatu infeksi virus yang sangat menular, yang di tandai dengan demam, lemas, batuk, konjungtivitas (peradangan selaput ikat mata /konjungtiva) dan bintik merah di kulit (ruam kulit)
Ada beberapa pengertian tentang campak menurut  beberapa ahli, yaitu  :
a.       Campak atau morbili adalah penyakit virus akut , menular yang di tandai  dengan 3 stadium yaitu stadium prodromal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang di manifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik (Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).
b.      Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi (Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC,  2000).
c.       Campak adalah penyakit menular yang ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi ke orang lain yang rentan (Brunner & Suddart, vol 3, 2001).

ETIOLOGI
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan paramyxovirus genus morbilivirus merupakan salah satu virus RNA. Virus ini terdapat dalam darah dan secret (cairan)nasofaring (jaringan antara tenggorokan dan hidung) pada masa gejala awal (prodromal) hingga 24 jam setelah timbulnya bercak merah di kulit dan selaput lendir.          
              
1.      Bentuk virus
Virus berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm dan di bungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA ), merupakan struktur heliks nucleoprotein dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek, satu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.

2      Ketahanan virus
Pada temperature kamar virus campak kehilangan 60 % sifat infeksifitasnya selama 3-5 hari pada 37oC waktu paruh umurnya 2 jam, pada 56oC hanya satu jam. Pada media protein ia dapat hidup dengan suhu -70oC selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu 4- 6oC dapat hidup selama 5 bulan. Virus tidak aktif pada PH asam. Oleh karena selubung luarnya terdiri dari lemak maka ia termasuk mikroorganisme yang bersifat ether labile, pada suhu kamar dapat mati dalam 20 % ether selama 10 menit dan 50% aseton dalam 30 menit. Dalam 1/4000 formalin menjadi tidak efektif selama 5 hari, tetapi tidak kehilangan antigenitasnya. Tripsin mempercepat hilangnya potensi antigenik.
           
3      Struktur Antigenik
Infeksi dengan virus campak merangsang pembentukkan neutralizing antibody, complement fixing antibody, dan haemagglutinine inhibition antibody.  Imunoglobulin kelas IgM dan IgG muncul bersama-sama diperkirakan 12 hari setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi sekitar 21 hari. Kemudian IgM menghilang dengan cepat sedangkan IgG tinggal tidak terbatas dan jumlahnya terukur, sehingga IgG menunjukkan bahwa pernah terkena infeksi walaupun sudah lama. Antibodi protektif dapat terbentuk dengan penyuntikan antigen haemagglutinin murni.

PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.
Cara Penularan
Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup Percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun  tenggorokan penderita morbili atau campak. Artinya seseorang dapat tertular campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana saja.  Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak usia pra- sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahirdari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah :
Ø  Bayi berumur lebih dari 1 tahun
Ø  Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
Ø  Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

Cara Pencegahan Penyakit Campak

a.  Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya factor predisposisi/ resiko terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit Campak.  Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan  primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti  penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan,  konselling nutrisi dan penataan rumah yang baik.


b.  Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk terkena penyakit Campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya Campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
.
1. Penyuluhan
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien campak adalah definisi penyakit Campak, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya campak dan upaya-upaya menekan campak, pengelolaan Campak secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi Campak

2. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan vaksinasi  Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 – 15 bulan. Vaksin yang digunakan adalah Schwarz vaccine  yaitu vaksin hidup yang dioleh menjadi lemah. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. vaksin campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati, penderita leukemia. Vaksin Campak dapat diberikan sebagai vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR).  vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan,  sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan.  Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi vaksin harus pada temperature antara 2ºC - 8ºC atau ± 4ºC, vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari.  Mudah rusak oleh zat pengawet atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam.


3.  Isolasi    
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.

c.   Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah  upaya  untuk  mencegah  atau menghambat timbulnya  komplikasi dengan  tindakan-tindakan seperti  tes  penyaringan  yang ditujukan untuk pendeteksian dini  campak serta  penanganan segera dan  efektif. Tujuan  utama  kegiatan-kegiatan  pencegahan  sekunder adalah  untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa  gejala  yang  telah sakit atau  penderita yang beresiko  tinggi untuk mengembangkan  atau memperparah  penyakit. Memberikan pengobatan  penyakit sejak awal  sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya  komplikasi. Edukasi dan pengelolaan campak  memegang peran  penting untuk  meningkatkan kepatuhan pasien  berobat.

d.  Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat  komplikasi. Kegiatan  yang dilakukan  antara  lain  mencegah  perubahan dari  komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin  bagi penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan  kerjasama yang baik antara pasien-pasien dengan dokter maupun antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan  untuk  meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit  campak.  Dalam  penyuluhan  ini hal  yang dilakukan adalah :
1.      Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik
2.      Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
3.      Kesabaran  dan  ketakwaan untuk dapat menerima dan  memanfaatkan    keadaan  hidup dengan  komplikasi kronik.

Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi  antar disiplin  terkait juga sangat diperlukan,  terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama  ilmu.

Penanggulangan Campak
Pada  sidang  CDC/ PAHO / WHO, tahun 1996  menyimpulkan  bahwa  penyakit Campak dapat dieradikasi,  karena  satu-satunya  pejamu/ reservoir  campak hanya pada manusia serta tersedia vaksin dengan  potensi  yang  cukup  tinggi  yaitu  effikasi  vaksin  85%  dan  dirperkirakan eradikasi dapat dicapai 10 – 15 tahun  setelah  eliminasi.
World  Health  Organisation (WHO)  mencanangkan  beberapa tahapan dalam upaya eradikasi (pemberantasan)  penyakit Campak dengan  tekanan strategi  yang berbeda-beda  pada  setiap  tahap  yaitu :
a.       Tahap Reduksi
Tahap ini dibagi dalam 2 tahap :
1. Tahap Pengendalian Campak
Pada  tahap  ini ditandai  dengan  upaya  peningkatan  cakupan imunisasi  campak rutin dan upaya  imunisasi  tambahan di daerah dengan morbitas  campak  yang tinggi.  Daerah  ini  masih  merupakan daerah  endemis campak, tetapi  telah terjadi penurunan insiden dan kematian, dengan pola epidemiologi kasus Campak menunjukkan 2  puncak setiap tahun.

2.    Tahap Pencegahan KLB
Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi ≥ 80% dan merata,terjadi penurunan  tajam kasus dan kematian, insidens campak telah bergeser kepada umur yang lebih  tua, dengan interval KLB antara 4-8 tahun.

b.  Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi ≥ 95% dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi  rendah sudah  sangat  kecil  jumlahnya,  kasus campak sudah sangat jarang  dan  KLB  hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan diberikan imunisasi campak.
c.  Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus Campak sudah tidak ditemukan.
Pada siding The World Health Assambley (WHA) tahun 1998, menetapkan kesepakatan Eradikasi Polio (ERAPO), Eliminasi Tetanus Noenatorum (ETN)  dan Reduksi Campak (RECAM). Kemudian pada Technical Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Strategi operasional yang dilakukan ditingkat Puskesmas untuk mencapai reduksi Campak tersebut adalah :
a.       Imunisasi rutin pada bayi 9 –11 bulan (UCI Desa ≥ 80)
b.      Imunisasi tambahan (suplemen)
c.       Surveilans (surveilan rutin, system kewaspadaan dini dan respon kejadian luar biasa).
d.      Penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa Setiap kejadian luar biasa harus diselidiki dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang meliputi pengobatan simtomatis pada kasus, pengobatan dengan antibiotika bila terjadi komplikasi, pemberian vitamin A dosis tinggi, perbaikan gizi dan meningkatkan cakupan  imunisasi campak/ring vaksinasi (program cepat, sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.
e.       Pemeriksaan laboratorium

Pengobatan Penyakit Campak
Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan.Sehingga pengobatannya bersifat symptomatic, yaitu memperbaiki keadaan umum atau untuk mengurangi gejalanya saja dalam hal ini :
Ø   anak memerlukan istirahat di tempat tidur
Ø   kompres dengan air hangat bila demam tinggi namun dapat diberikan  antipiretik bila suhu tinggi parasetamol 7,5-10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam
Ø   ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50-100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari.
Ø   Antitusif perlu diberikan bila batuknya  hebat/mengganggu
Ø    narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan.
Ø    Mukolitik bila perlu.vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat. Pemberian vitamin A 100.000 IU per oral satu kali.  Vitamin A dosis tinggi ( menurut rekomendasi  WHO dan UNICEF)
Usia 6 bln-1 thn :100.000 unit dosis tunggal p.o
Umur > 1 thn : 200.000 unit dosis tunggal p.o
Dosis tersebut diulangi pada hari ke-2 dan 4 minggu kemudian bila telah didapat tanda defisiensi vitamin A.  Apabila terdapat malnutrisi maka pemberian vitamin A ditambah dengan 1500 IU  tiap hari.
Ø    Mempertahankan status nutrisi dan hidrasi (cukup cairan dan kalori)



DAFTAR PUSTAKA

Ade,2010,Penyakit Campak Gejala dan Pengobatannya,http:// penyakit-campak-gejala-dan.html di akses tanggal 7 Desember 2012

Adhien,2012,Penyakit Campak,
          http://adhienbinongko.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakit-campak.html di akses tanggal 7 Desember 2012

Nelson, 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta. EGC

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Rampengan, T. H. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC.
A call-to-action text Contact us